Namun selain Sajadah Panjang, masih ada beberapa puisi hebat karya Taufik Ismail, 5 di antaranya berikut ini. 1. Kembalikan Indonesia Padaku (Paris, 1971) Kembalikan Indonesia padaku. 2. Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia (1998) Malu aku jadi orang Indonesia. menyelam di tumpukan jerami selepas menuai padi. Malu aku jadi orang Indonesia.
Unsurunsur puisi - Puisi menjadi sebuah karya sastra yang digemari semua kalangan. Adapun pengertian puisi secara umum adalah sebuah karya sastra yang mengandung unsur irama, ritma, diksi, lirik dan menggunakan kata kiasan dalam setiap baitnya untuk menciptakan estetika bahasa yang padu.
AyoBerbagi! Penyair Taufik Ismail membawakan Puisinya. KAMI MUAK DAN BOSAN. Oleh: Taufik Ismail. SwaraSenayan.com. Dahulu di abad-abad yang silam: Negeri ini pendulunya begitu ras serasi dalam kedamaian. Alamnya indah, gunung dan sungainya rukun berdampingan, pemimpinnya jujur dan ikhlas memperjuangkan kemerdekaan.
TaufiqIsmail mengemas melalui program penerbitan sisipan "Kaki Langit" majalah Horison sejak November 1996 dan masuk ke SMU, MA (Madrasah Aliyah), SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) dan Pesantren. Itu yang pertama. Sebagai suplemen, "Kaki Langit" menampilkan karya sastra : puisi, cerpen, danesai para siswa dari seluruh Nusantara.
Vay Tiền Nhanh Ggads. Ilustrasi kumpulan puisi karya Taufik Ismail, foto ThoughtCatalog / Pixabay4 Kumpulan Puisi Karya Taufik Ismail yang Penuh MaknaIlustrasi kumpulan puisi karya Taufik Ismail, Gambar oleh Michal Jarmoluk dari PixabayAnakku bertanya padakuMengapa Rasul itu mulia?Rasul mulia, hai anakkuKarena dia sederhanaMengapa Rasul utusan Tuhan?Karena dia tak pernah gentarBerkata benar, hai anakkuDialah kejujuranTutur kata amat lemah lembutnyaHidupnya yang penuh cintaDia sering lapar dan berpakaian tuaDialah cahaya kitaAlmamater, janganlah bersedihBila arakan ini bergerak perlahanMenuju pemakamanSiang iniAnakmu yang beraniTelah tersungkur ke bumiKetika melawan adalah yang harus kaulakukanIalah menyampaikan kebenaranJika adalah yang tidak bisa dijual-belikanIalah yang bernama keyakinanJika adalah yang harus kau tumbangkanIalah segala pohon-pohon kezalimanJika adalah orang yang harus kauagungkanIalah hanya Rasul TuhanJika adalah kesempatan memilih matiIalah syahid di jalan Illahi
Ilustrasi puisi karya Taufik Ismail, sumber foto Eliot Reyna by Ismail adalah salah satu penyair legendaris yang lahir di Bukittinggi pada tahun 1935. Puisi karya Taufik Ismail sarat akan nilai-nilai nasionalisme dan religiusitas. Hal ini tidak mengherankan, mengingat Taufik hidup di masa saat kolonialisme masih berlangsung di Indonesia. Pastinya, kamu juga sudah tidak asing lagi dengan nama tersebut. Mengingat, nama Taufik Ismail kerap disebut dalam pelajaran Bahasa Indonesia di tingkat SD hingga SMA. Melalui puisi, ia banyak menorehkan pemikirannya yang bebas dan idealis. Lalu, apa saja puisi Taufik Ismail yang hingga kini masih dikenang? Berikut adalah contoh puisi terbaik sepanjang masa karya Taufik Puisi Karya Taufik IsmailMengutip buku Sasrawan Angkatan 1966-1970 oleh Dian Ika Pratiwi 2014, Taufik Ismail telah bercita-cita menjadi seorang sastrawan sejak duduk di bangku SMA. Namun, ia memilih jalan hidup yang cukup unik, yakni dengan menempuh sekolah kedokteran hewan dan menjadi ahli peternakan. Hal ini dilakukannya untuk bisa membiayai karir impiannya, yakni menjadi penulis beberapa contoh puisi karangan Taufik Ismail yang legendaris yakni sebagai berikut1. Kembalikan Indonesia Padaku Paris, 1971Hari depan Indonesia adalah dua ratus juta mulut yang menganga,Hari depan Indonesia adalah bola-bola lampu 15 wat,Sebagian berwarna putih dan sebagian hitam,Hari depan Indonesia adalah pertandingan pingpong siang malamDengan bolayang bentuknya seperti telur angsa,Hari depan Indonesia adalah pulau Jawa yang tenggelamKarena seratus juta penduduknya,2. Kita adalah Pemilik Sah Republik Ini 1966Ilustrasi puisi karya Taufik Ismail, sumber foto Asia Culture by berhenti atau mundurApakah akan kita jual keyakinan kitaDalam pengabdian tanpa hargaAkan maukah kita duduk satu mejaDengan para pembunuh tahun yang laluDalam setiap kalimat yang berakhiranTidak ada lagi pilihan lainKita adalah manusia bermata sayu, yang di tepi jalanMengacungkan tangan untuk oplet dan bus yang penuhKita adalah berpuluh juta yang bertahun hidup sengsaraDipukul banjir, gunung api, kutuk dan hamaDan bertanya-tanya inikah yang namanya merdekaKita yang tidak punya kepentingan dengan seribu sloganDan seribu pengeras suara yang hampa suaraTidak ada lagi pilihan lain3. Dengan Puisi, Aku… 1966Dengan puisi aku bernyanyi,Sampai senja umurku nanti,Dengan puisi aku bercinta,Dengan puisi aku mengenang,Keabadian Yang Akan Datang,Dengan puisi aku menangis,Jarum waktu bila kejam mengiris…Dengan puisi aku mengutuk,4. Doa 1966Telah nista kami dalam dosa bersama,Bertahun membangun kultus ini,Dalam pikiran yang ganda…Dan menutupi hati nurani,Telah terlalu mudah kami,Kau rela menerima kembali,Sekumpulan puisi pendek Taufik Ismail yang disebutkan di atas dapat membuka cakrawala pemikiran kita tentang dunia sastra. Pastinya, puisi-puisi tersebut masih tetap abadi hingga kini meskipun penulisnya telah tiada. DLA
Sastrawan Indonesia, Taufiq Ismail. Foto Instagram/ Jakarta - Taufiq Ismail merupakan seorang sastrawan senior asal Indonesia yang bergelar Datuk Panji Alam Khalifatullah. Ia lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat dan dibesarkan di Pekalongan dalam keluarga guru dan kecil, Taufiq memang sudah suka membaca dan bercita-cita menjadi sastrawan ketika duduk di bangku SMA. Sajak pertamanya berhasil dimuat di majalah Mimbar Indonesia dan Ismail sudah banyak mendapat penghargaan dari karya sastranya, salah satu karya Taufiq yang paling terkenal ialah puisi berjudul Malu Aku Jadi Orang kini, pria kelahiran 1935 ini telah menghasilkan puluhan puisi, sajak, dan beberapa karya terjemahan. Karya-karyanya telah diterjemahkan ke berbagai bahasa, seperti Arab, Inggris, Jerman, Perancis, dan peristiwa bersejarah yang terjadi di Indonesia, Taufiq selalu tampil membacakan puisinya. Tak hanya mahir dibidang sastra, ia pun pandai menciptakan lagu. Pada tahun 1974 dirinya menjalin kerjasama dibidang musik bersama Bimbo, Chrisye, Ucok Harahap, dan Ian Tagar rangkumkan kumpulan puisi penuh makna karya Taufiq IsmailSastrawan Indonesia, Taufiq Ismail. Foto WikipediaMalam SabtuBerjagalah terusSegala kemungkinan bisa terjadiMalam iniMaukah kita dikutuk anak-cucuMenjelang akhir abad iniKarena kita kini berserah diri?Tidak. Tidak bisaTujuh korban telah jatuh. DibunuhAda pula mayat adik-adik kita yang dicuriDipaksa untuk tidak dimakamkan semestinyaApakah kita hanya akan bernafas panjang dan seperti biasa sabar mengurut dada?Tidak. Tidak bisaDengarkan. Dengarkanlah di luar ituSuara doa berjuta-jutaRakyat yang resah dan menantiMereka telah menanti lama sekaliMenderita dalam nyeriMereka sedang berdoa mala miniDengar. Dengarlah hati-hatiDengan Puisi, AkuDengan puisi aku bernyanyiSampai senja umurku nantiDengan puisi aku berceritaBerbatas cakrawalaDengan puisi aku mengenangKeabadian yang akan datangDengan puisi aku menangisJarum waktu bila kejam mengirisDengan puisi aku mengutukNafas zaman yang busukDengan puisi aku berdoaPerkenankanlah kiranyaKita Adalah Pemilik Sah Republik IniTidak ada pilihan lainKita harusBerjalan terusKarena berhenti atau mundurBerarti hancurApakah akan kita jual keyakinan kitaDalam pengabdian tanpa hargaAkan maukan kita duduk satu mejaDengan para pembunuh tahun yang laluDalam setiap kalmiat yang berakhiran“Duli Tuanku?”Tidak ada pilihan lainKita harusBerjalan terusKita adalah manusia bermata sayu, yang di tepi jalanMengacungkan tangan untuk oplet dan bus yang penuhKita adalah berpuluh juta yang bertahun hidup sengsaraDipukul banjir, gunung api, kutuk dan hamaDan bertanya-tanya inikah yang namanya merdekaKita yang tidak punya kepentingan dengan seribu sloganDan seribu pengeras suara yang hampa suaraTidak ada lagi pilihan lainKita harusBerjalan terusBentengSesudah siang panas yang meletihkanSehabis tembak-tembakan yang tak bisa kita balasDan kita kembali ke kampus ini berlindungBersandar dan berbaring, ada yang merenungDi lantai bungkus nasi bertebaranDari para dermawan tidak dikenalKulit duku dan pecahan kulit rambutanLewatlah di samping Kontingen BandungAda yang berjaket Bogor. Mereka dari mana-manaSemuanya kumal, semuanya tak bicaraTapi kita tidak akan terpatahkanOleh seribu senjata dan seribu tiranTak sempat lagi kita pikirkanKeperluan-keperluan kecil seharianStudi, kamar-tumpangan dan percintaanKita tak tahu apa yang akan terjadi sebentar malamKita mesti siap saban waktu, siap saban jamDari Catatan Seorang DemonstranInilah peperanganTanpa jenderal, tanpa senapanPada hari-hari yang mendungBahkan tanpa harapanDi sinilah keberanian diujiKebenaran dicoba dihancurkanPada hari-hari berkabungDi depan menghadang ribuan lawanTakut 66, Takut 98Mahasiswa takut pada dosenDosen takut pada dekanDekan takut pada rektorRektor takut pada menteriMenteri takut pada presidenPresiden takut pada mahasiswaTakut "66, takut "98. []
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Taufiq Ismail merupakan seorang tokoh sasatrawan Indonesia Angkatan 66, dilahirkan di Bukit Tinggi, Sumatera Barat, 25 Juni 1935. Karyanya yang ada di Perpustakaan Nasional antara lain "Tirani dan Benteng kumpulan puisi terbitan tahun 1993. Malu aku jadi orang Indonesia serratus puisi Taufiq Ismail, terbitan tahun bagaikan mimpi, ketila di acara peluncuran buku Nyalanesia 26/7 saya bertemu dengan sastrawan hebat bapak Taufiq Ismail. Pukul wib, saya tiba di lantai 2 Ruang Teater Perpusnas tempat berlangsungnya acara peluncurun buku yang diadakam oleh Nyalanesia, ya tiba di rumah sendiri gumanku dalam hati, kali ini peran saya sebagai tamu bukan tuan rumah. Tamu yang dimintakan untuk memberikan sambutan dan membuka acara. Memasuki pintu teater sambutan ramah dan suara lembut dari seorang wanita, bernama Yulianti ketua panitia acara "Bapak Suharyanto ya", saya sambil bergurau menjawab "bukan itu sambil menunjuk ke Mas Adhit, rekan kerja saya yang menemani saya hari ini, terlihat raut wajah kebinguan dari Yuliati,.dengan spontannya Mas Adhit menjawab bukan saya ini ruang teater telah hadir peserta sebanyak 150 orang para siswa, guru, kepala sekolah, perwakilan dari Dinas perpustakaan kota bogor, kabupaten bogor, kabupaten tanggerang, dan juga para penggiat literasi dari Jabodetabek yang berpakaian batik dan ada juga yang mengenakan pakain duduk di deretan paling depan, seoarang pria muda dengan wajah yang ramah dan berlogat jawa menyapa saya dengan ramah dan kami sedikit berbincang-bincang, anak muda ini bernama Lenang Manggala sebagai founder dimulai dengan penampilan tari-tarian yang dibawakan oleh siswa-siswa SMP dan SMA, disela-sela pertunjukkam hadir dan masuk seorang pria berpeci hitam, sosok pria yang penuh kewibawaan dan kebapaan dengan sorotan matanya yang penuh keteduhan, ya pria itu adalah Taufik Ismail, saya sudah tidak asing lagi dengan beliau, saya sudah mengenal beliau melalui karya-karya sastranya sejak di bangku sekolah SMP dan saya kebetulan waktu itu juga mempunyai taman bacaan yang diantaranya buku-buku sastra karya beliau, juga mengenal beliau melalui lirik-lirik lagu yang dibawakan oleh bimbo dan chrisye. Alhamdulillah, saat itu saya dapat berjumpa secara langsung dan bahkan duduk berdampingan dengan beliau. Selama acara berlangsung tak banyak saya berbincang dengan beliau karena suara di ruang teater yang cukup keras dan juga kami sedang fokus menyimak rangkaian acara di atas demi satu rangkaian acara dilaksanakan, tibalah suara pembawa acara yang menyampaikan agar bapak Taufiq Ismail maju ke panggung untuk memberikan sambutannya sekaligus membavakan puisinya,.merinding jiwa ini ketika puisi-puisi dibacakan begitu mengalir dan penuh pemaknaan oleh seorang penyair yang mempunyai nama besar bukan saja di Indonesia di dunia internasional. taufik- Tiga puisi beliau bawakan Buku Itu Cahaya, Membaca Buku dan Mengarang Kakak Adik Kandung tak terpisahkan, dan Kita merindukan anak-anak Indonesia, terbesit keinginan di hati saya, sepertinya ini kesempatan yang langka saya bisa berjumpa dengan beliau, alangkah bangganya saya kalau bisa membacakan puisi dihadapan langsung di depan beliau dan juga para peserta, dengan memberanikan diri saya sampaikan ke mas Lanang, saya mau baca puisinya dan dijawab dengan penuh semangat, silakan pak, boleh. 1 2 Lihat Seni Selengkapnya
puisi guru karya taufik ismail